Senin malam, 16 Mei 2022, Nahdlatul Ulama Karangpuri melakukan kegiatan rutin tiap bulannya dengan istilah LAILATUL IJTIMA' merupakan malam berkumpul untuk mendapatkan dan menghidupkan Sunnah Nabi, bertukar dan menambah ilmu kita supaya kita lebih dekat kepada Rosululloh SAW. Dari mulai Sholat berjamaah dilanjut dengan Tahlil, Istighosah dan Kajian Ilmu atau Mauidhotul Hasanah yang disampaikan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama. Acara ini di ikuti seluruh warga Desa Karangpuri baik dari Nahdlatul Ulama dan Banomnya, Muslimat, Fatayat, GP. Ansor dan Banser, IPNU-IPPNU dan tidak hanya warna NU Struktural yang hadir, tidak menutup kemunginan di ikuti oleh warga NU kultural atau siapapun yang ingin menghadirinya.
Agenda rutin warga Nahdliyin dalam rangka Lailatul Ijtima’ merupakan kegiatan Warga Nahdlatul Ulama yang dilaksanakan di semua jenjang kepengurusan NU. Mulai dari tingkat ranting di desa/kelurahan, Majelis Wakil Cabang (MWC) di kecamatan, PCNU di kabupaten/kota, PWNU di Wilayah hingga tingkat PBNU di pusat.
Sebagaimana diketahui, di kalangan jam’iyah NU ada satu kegiatan yang
disebut “Lailatul Ijtima,” yaitu sebuah pertemuan di waktu malam yang
diselenggarakan setiap bulan. Kegiatan ini dilakukan usai shalat Isya
berjamaah. Beberapa kalangan menengarai bahwa Lailatul Ijtima itu pada
mulanya adalah kebiasaan berkumpul para Kiai yang digunakan untuk
membahas berbagai permasalahan penting di antara mereka, baik tentang
masalah-masalah keagamaan maupun berbagai persoalan sosial dan
kemasyarakatan.
Akhirnya pertemuan seperti itu menjadi kebiasaan orang-orang NU atau
para pengurus NU. Acara seperti ini kemudian juga dimanfaatkan oleh para
pengurus dan warga NU untuk membahas, memecahkan dan mencari solusi
atas problematika organisasi, mulai dari masalah iuran, menghadapi bulan
Ramadhan, menentukan awal Ramadhan sampai pada masalah-masalah umat
yang berat.
Pada masa dahulu, kegiatan Lailatul Ijtima’ dapat ditemui dari
tingkat pengurus ranting, tingkat MWC, Cabang, Wilayah, sampai tingkat
Pengurus Besar (Pusat). Namun seiring dengan tuntutan hidup manusia dan
kesibukan mereka yang semakin tinggi, serta berbagai rutinitas yang
tidak mengenal waktu, maka praktis kegiatan Lailatul Ijtiima’ ini mulai
jarang dilakukan, meski di berbagai daerah masih banyak juga yang
menyelenggarakannya setiap bulan.
Mengingat urusan Jam’iyah kini semakin banyak, dan banyak pula di
antara urusan-urusan itu begitu rumit pemecahannya, maka sebagaimana
himbauan PCNU, PWNU, maupun PBNU, diharapkan semua kepengurusan NU di
semua tingkatan saat ini agar senantiasa mengadakan acara pertemuan
bulanan tersebut.
Pada setiap kegiatan Lailatul Ijtima’ ini nantinya bisa dimanfaatkan
untuk berbagai macam hal yang berkaitan dengan keorganisasian, mulai
dari mensosialisasikan program kerja jam’iyah, menyampaikan hasil
evaluasi atas kinerja kepengurusan, penyampaian informasi baru kepada
warga jam’iyah, sampai pada pemaparan hasil Bahtsul Masail, atau
problematika tergerusnya akidah di lingkungan masyarakat, dan lain
sebagainya.
Pertemuan Lailatul Ijtima’ bisa juga diselenggarakan pada pagi atau
siang hari (menjadi Naharul Ijtima’) seperti yang dilakukan oleh
sebagian kalangan pengurus NU di tingkat PC, MWC dan lainnya yang selalu
diselenggarakan di kantor masing-masing maupun secara bergilir di
tempat-tempat yang berbeda. Masing-masing desa yang menjadi tempat
kegiatan tersebut mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah.
Bahkan tidak hanya sampai di situ, kabar yang sangat menggembirakan
lagi bahwa tradisi Lailatul Ijtima’ ini juga rutin dilaksanakan di luar
Jawa, di mana satu tempat yang digunakan kegiatan dengan tempat lainnya
berjarak sangat jauh, karena acara seperti ini selain menjadi media
untuk merekatkan konsolidasi organisasi, juga untuk mempererat
silaturahmi sesama warga Nahdliyyin, terutama antar Ulama sepuh dengan
pengurus, dan antara generasi muda NU dengan para sesepuh NU, sehingga
dengan ini dua manfaat bisa diraih sekaligus.
Sumber :
https://nu.or.id/daerah/istilah-lailatul-ijtima-hanya-ada-di-nu-AKh31